SURABAYA-Penghuni Lingkungan Pondok Sosial (Liponsos) Keputih kini semakin berdaya dan mandiri dengan adanya pelatihan pembuatan handycraft. Para penghuni yang terdiri atas Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) hingga gelandangan itu, mendapatkan pelatihan berupa pembuatan kalung, gelang, hingga keset.
Kepala Dinas Sosial Kota Surabaya Anna Fajriyatin memastikan bahwa pihaknya tidak tinggal diam setelah para ODGJ itu berada di Liponsos. Selain melakukan pengobatan dan pendampingan rutin, pihaknya juga memberikan pelatihan supaya lebih berdaya dan mandiri.
“Selain pengobatan rutin, kita juga melakukan pelatihan keterampilan yang bekerjasama dengan beberapa instruktur. Kami memberi pelatihan pembuatan kalung, gelang, dan keset,” kata Anna di ruang kerjanya.
Menurutnya, jangka panjang Pemerintah Kota Surabaya adalah mengembalikan para penghuni Liponsos kepada keluarga masing-masing. Tapi perlu dibarengi dengan kesembuhan total. Nah, pemkot menyiapkan (pelatihan) dari sekarang, agar tidak lagi menjadi beban keluarganya saat kembali.
“Pendampingan atau pelatihan ini untuk mempersiapkan mereka ke depannya. Untuk sementara, hasil karyanya akan dijual dan uangnya akan diserahkan kembali kepada penghuni Liponsos,” kata dia.
Sementara itu, Kepala UPTD Liponsos Keputih Surabaya, Imam Muhaji mengatakan, bahwa kegiatan ini adalah salah satu bentuk pemberian keterampilan kepada para penghuni. Pemberian keterampilan itu mulai dari pembuatan kalung peluit, gelang hingga keset.
“Ada pembuatan kalung peluit untuk disabilitas. Yang mana nanti kita distribusikan atau kita arahkan ke sekolah-sekolah SLB (Sekolah Luar Biasa). Harapan kita, mereka yang tunawicara saat butuh bantuan, butuh pertolongan bisa meniup peluit,” kata Imam Muhaji.
Selain kalung peluit, peserta juga diajari membuat kerajinan berupa gelang dan keset. Imam menyebut bahwa hasil kerajinan karya penghuni Liponsos Keputih ini selanjutnya dijual melalui e-Peken.
Tak hanya bertujuan untuk menambah pendapatan penghuni Liponsos Keputih, Imam juga menyatakan bahwa pelatihan ini juga diharapkan dapat menjadi bekal ketika kembali ke daerah asal.
“Harapan kita setelah reunifikasi atau pemulangan, minimal mereka sudah punya keterampilan. Nah, di waktu senggang bisa dipergunakan untuk membuat keterampilan-keterampilan,” terangnya.
Di sisi lain, Imam mengungkapkan, bahwa pemberian keterampilan ini juga menjadi salah satu terapi aktivitas. Harapannya, mereka tidak selalu termenung di sela-sela kegiatan rutin, seperti mengaji hingga terapi aktivitas kelompok.
“Adanya pelatihan ini, dia (ODGJ) bisa saling koordinasi sama teman-temannya, melatih memori dan melatih konsentrasi. Dengan pemberian keterampilan juga menghindarkan, mengurangi halusinasi atau bisikan-bisikan yang memang dari gangguan jiwa,” papar dia.
Dalam pelatihan yang berlangsung selama dua hari, 12-13 Oktober 2022, pihaknya juga mendatangkan instruktur pengajar. Sedikitnya pelatihan ini diikuti sekitar 30 orang pada setiap sesinya. Sementara pada hari biasa, mereka ditemani para pendamping.
“Setiap hari ada kegiatan, pagi ataupun sore. Jaedwalnya menyesuaikan yang sudah disusun di barak. Tiap satu sesi kurang lebih 20 sampai 30 peserta. Nanti ada lagi kegiatan,” ungkap dia.
Saat ditanya soal kriteria peserta yang mengikuti pelatihan, Imam menjelaskan, bahwa mereka adalah yang kondisi mentalnya sudah bagus. Artinya, untuk para peserta dari DGJ ini yang sudah bisa diarahkan atau diajak komunikasi, dan tidak muda gaduh atau gelisah.
"Tentunya yang sudah bisa diarahkan, dan bisa diajari terkait membuat barang-barang kerajinan, ya seperti gelang, membuat keset atau menjahit. Jadi yang benar-benar sudah bisa diarahkan," imbuhnya.
Satu di antara peserta yang mengikuti pelatihan pembuatan handycraft di Liponsos Keputih adalah Devi. Ia mengaku tak mengalami kesulitan dalam proses pembuatan kerajinan tersebut.
“Di sini diajari membuat kerajinan. Ada kalung peluit, gelang dan keset. Kalau kalung peluit itu lebih mudah, untuk keset agak susah. Senang ikut pelatihan dari pada tidak ada kegiatan,” kata Devi.
Dalam sehari, Devi mampu menyelesaikan sejumlah gelang dan kalung peluit. Sementara untuk keset, dalam sehari ia mampu menyelesaikan hingga proses 50 persen. Menurutnya memproduksi gelang bisa mencapai tiga sampai empat dalam satu hari. Untuk kalung maksimal dua biji, dan keset baru bisa mencapai 50 persen dalam sehari.