Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan memuji langkah Pemerintah Kota Surabaya mengelola Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL) di tempat pembuangan akhir Benowo. Di sela kunjungan ke TPA Benowo, ia berharap proyek ini bisa menjadi percontohan dalam pengelolaan sampah.
Menurutnya, sistem pengelolaan sampah di TPA Benowo bisa menjadi solusi permasalahan pengelolaan sampah. Strategi ini untuk mengatasi penumpukan sampah seiring dengan pertumbuhan penduduk.
“Saya kira ini solusi penyelesaian persoalan sampah di mana-mana. Karena ekonomi kita tumbuh, penduduk makin bertambah. Sudah pasti sampah juga bertambah,” katanya di sela kunjungan pada Selasa 17 Januari 2025 lalu.
Sebagaimana diketahui bahwa Pemkot Surabaya telah menerapkan sistem pengelolaan sampah menjadi energi listrik sejak tahun 2021. Pemkot Surabaya mengelola sampah sekitar 1.000 ton untuk menghasilkan setrum 12 MW.
Sistem ini menempatkan Surabaya mampu menerapkan environment, social, and governance (ESG). Yakni menerapkan ekonomi sirkular berkelanjutan guna menekan efek rumah kaca.
Menko Zulkifli Hasan memuji bahwa Kota Surabaya berhasil menerapkan ekonomi sirkular, yaitu konsep ekonomi yang mengurangi pemborosan dan memaksimalkan penggunaan sumber daya yang ada. Dalam ekonomi sirkular, produk, material, dan sumber daya dipertahankan untuk meminimalkan limbah.
“Terobosan yang dilakukan Kota Surabaya ini sangat bagus, dan bisa diterapkan di daerah lain,” lanjut Menko Zulhas, sapaannya.
Ditemui di tempat yang sama, Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi mengatakan bahwa sistem pengelolaan sampah di TPA Benowo telah mendapatkan pengakuan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Sebab implementasi teknologinya sama dengan di Singapura.
“Kunjungan Pak Menko Pangan untuk memastikan sistem pengelolaan sampah agar bisa diterapkan di wilayah Indonesia lainnya. Setidaknya untuk mengatasi persoalan sampah. Karena Kementerian LHK menyampaikan tidak boleh mengelola sampah menggunakan open dumping, tapi harus menggunakan teknologi,” ujarnya.

Wali Kota Eri menjelaskan bahwa pengelolaan sampah menjadi energi listrik di TPA Benowo cukup efektif, untuk mengatasi sampah di Kota Pahlawan. Sebab, sistem yang diterapkan tidak menimbulkan sampah kembali, tetapi mampu menghasilkan energi listrik yang bisa dipergunakan oleh masyarakat.
Mantan Kepala Bappeko ini menjelaskan Surabaya pernah mencatat volume sampah mencapai 1.300 ton per hari. Volume ini meningkatn menjadi 1.400 ton per hari di awal menjabat wali kota. Sedangkan tahun 2024 lalu sudah mencapai 1.600 ton per hari.
“Ini karena, penduduk Kota Surabaya juga bertambah, dari 2,8 juta menjadi 3,2 juta. Pengelolaan sampah ini efektif karena menghasilkan listrik dan zero waste,” papar Wali Kota Eri.
Guna menekan sampah yang diperkirakan makin meluas, Pemkot Surabaya terus menerapkan program reuse, reduce, recycle dan replace (4R). Hal ini dimulai dari setiap RW yang sudah memiliki bank sampah sebagai ujung tombak memilah dan mengolah sampah secara terpadu.
Sementara itu, Direktur Utama PT Sumber Organik, Agus Nugroho Santoso mengungkapkan, pihaknya mengelola 1.600 ton sampah setiap harinya. Sebanyak 1.000 ton sampah diolah menjadi energi listrik dan sisanya dikelola dengan sistem lain.
Sampah-sampah tersebut diolah menjadi energi listrik dengan menerapkan dua teknologi utama. Pertama adalah teknologi fermentasi gas atau pembangkit listrik tenaga gas landfill untuk sampah organic. Selanjutnya adalah teknologi termokimia atau pembangkit listrik gasifikasi untuk sampah non-organik.
"Ini menghasilkan listrik 12 Megawatt (MW) per jam, di mana yang 9 MW diambil PLN dan sisanya untuk operasional kami," jelas Agus.