• 09 Jun, 2025

Menengok Penanganan Banjir di Surabaya 3 Tahun Kepemimpinan Eri Cahyadi

Menengok Penanganan Banjir di Surabaya 3 Tahun Kepemimpinan Eri Cahyadi

TEPAT 26 Februari 2024, Eri Cahyadi genap tigatahun memimpin Kota Surabaya. Selama menjadi Wali Kota Surabaya, titik genangan banjir terus berkurang. Dari awalnya 451 titik sejak dilantik, kini tersisa 245titik. Jumlah itu akan terus dituntaskan.

Penanganan banjir selama ini menerapkan skala prioritas dan pemetaan wilayah. Pemetaan ini sesuai dengan klasifikasi dan sistem drainase, atau kawasan pengaliran drainase yang sama dengan membuat peta Sistem Aplikasi Monitoring Infrastruktur Drainase (SAMID).

“Selama tiga tahun ini Pemkot Surabaya sudah menyelesaikan 206 titik, sisanya 245 titik akan segera dituntaskan,” kata Wali Kota Eri di ruang kerjanya, Kamis (22/2/2024).

Ia memperkirakan cukup banyak warga yang belum mengetahui perbedaan banjir dan genangan. Menurutnya, banjir airnya bisa sampai satu hari. Sedangkan genangan, airnya bisa surut dalam tempo 15-20 menit. Umumnya, genangan bisa disebabkan saluran air yang tidak sesuai.

Penyebab genangan bisa juga disebabkan berkurangnya lahan kosong sebagai tempat resapan air. Hal ini bisa disebabkan pembangunan perumahan yang tidak dilengkapi dengan lahan sebagai resapan air untuk menampung hujan, seperti bozem.

“Kalau dulu tanah lapang bisa untuk menampung air, tiba-tiba dibangun perumahan. Ya, secara otomatis daya tampung (air) menjadi berkurang. Tapi hari ini akan diupayakan penyelesaiannya,” Wali Kota Eri memaparkan.

Salah satu program Pemkot Surabaya tahun 2024 ini adalah memprioritaskan penanganan banjir. Sebagai bentuk komitmen, Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) melakukan perjanjian kontrak kinerja dengan Wali Kota Eri Cahyadi.

“Perjanjian kontrak kinerja sudah saya tanda tangani. Dan tanda tangan tidak hanya dengan kepala dinas, tapi dengan kepala bidang. Semuanya tanda tangan dengan saya,” imbuhnya.

Sementara itu, Kepala DSDABM Kota Surabaya, Syamsul Hariadi menjelaskan bahwa pengendalian dan penanganan banjir dilakukan dengan tiga cara. Pertama, hulunya ditahan, kemudian di tengah dilakukan manajemen air, sedangkan di bagian hilir dilakukan percepatan pengalirannya.

“Untuk mempercepat pengalirannya, kami menggunakan pompa air berkapasitas mulai dari 1-5 meter kubik per detik,” Syamsul menerangkan.

Ia juga memastikan bahwa saat ini Surabaya memiliki 72 rumah pompa yang masing-masing memiliki pompa antara 3-7 unit. Alhasil, total pompa yang dimiliki Pemkot Surabaya mencapai 315 unit. Jumlah itu bisa menyedot dan menghabiskan air sebanyak 513 meter kubik per detik.

Secara operasional, semua saluran dan bozem langsung dikosongkan. Sedangkan pintu laut langsung ditutup apabila tidak bisa grativikasi. Begitu juga dengan pompa air dimaksimalkan begitu ada tanda-tanda hujan hendak turun.

“Dengan begitu air hujan segera mengisi saluran dan bozem yang sudah kosong. Selanjutnya memaksimal pompanya. Inilah sebenarnya yang bisa meminimalisir banjir di Surabaya, dan bisa membuat genangan cepat surut,” tegasnya.

Syamsul menambahkan bahwa selama kepemimpinan Wali Kota Eri Cahyadi telah banyak membangun infrastruktur untuk penanganan banjir. Setidaknya sudah ada 12 rumah pompa yang dibangun dari total 72 rumah pompa di Surabaya. Bahkan, sudah ada 12 bozem yang dibangun dari total 109 bozem se-Surabaya.

“Di masa Pak Wali, Pemkot Surabaya sudah membangun 109.506,722 meter saluran, dan membangun tanggul di 18 titik sepanjang 22.603 meter. Kami juga rutin mengeruk saluran. Untuk pengerukan saluran primer di 64 titik, sekunder 300 titik, tersier 800 titik, dan pengerukan bozem 27 titik,” katanya.

Khusus tahun ini, Pemkot Surabaya menganggarkan dana Rp776.459.678.139 untuk penanganan banjir. Sekitar Rp350 miliar dikhususkan untuk penanganan banjir di Surabaya Barat. Wilayah ini menjadi prioritas pembangunan infrastruktur penanganan banjir.