Kebutuhan bahan pokok di Surabaya dipastikan aman hingga tiga bulan ke depan. Ada beberapa langkah strategis yang diambil Pemerintah Kota Surabaya guna menjaga ketersediaan sekaligus menjaga harga.
Kepala Bagian Perekonomian dan Sumber Daya Alam (BPSDA) Surabaya, Vykka Anggradevi Kusuma mengatakan, berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi (monev) Indeks Kecukupan Pangan (IKP) di Kota Surabaya sangat mencukupi dengan indeks 3,8.
“Indeks 3,8 menandakan rasio kecukupan pangan di Kota Pahlawan masih mencukupi sampai dengan tiga bulan ke depan,” kata Vykka sapaan lekatnya, Jumat (31/1/2025).
Vykka menerangkan, Pemkot Surabaya menyediakan 21 Kios TPID guna mencukupi kebutuhan stok sembako bagi para pedagang. Kebutuhan ini bisa didapat di sejumlah pasar tradisional.
Adapun kebutuhan pokok itu meliputi beras medium SPHP, beras premium, gula pasir, dan minyak Goreng. Pemkot juga melakukan kerjasama antardaerah, utamanya daerah penghasil guna mencukupi bahan pokok Kota Surabaya.
Selanjutnya, bekerja sama dengan beberapa distributor bahan pokok di Kota Surabaya. Selain itu, Pemerintah Kota Surabaya juga mendorong gerakan menanam padi, bawang merah, dan aneka cabai di lahan Bekas Tanah Kas Desa (BTKD).

“Serta menggelar pasar murah di 31 kecamatan secara bergilir dan melakukan Gerakan Pangan Murah (GPM) setiap bulannya,” terangnya.
Melalui Program Pasar Murah dan GPM, Pemkot Surabaya bersama TPID menyediakan sejumlah komoditas pangan, mulai dari beras medium SPHP, beras premium, gula pasir, minyak goreng, daging ayam, dan telur ayam. Termasuk daging sapi beku, cabai merah besar, cabai merah kecil rawit, bawang putih, bawang merah, dan tomat.
Pemkot Surabaya danTPID rutin melakukan monitoring pasokan bahan pangan di pasar tradisional dan toko modern. Memantau stabilisasi harga serta ketersediaan bahan pangan di pasar maupun toko modern. Dan melaksanakan koordinasi antarlembaga terkait dengan kegiatan ketersediaan pangan.
“Selanjutnya, menganalisa perkembangan data ketersediaan dan harga pangan di tingkat konsumen. Memantau pasar tradisional dan modern untuk mengatasi permasalahan, seperti penyebab keterlambatan pasokan komoditi pangan.
Ia mengakui bahwa Surabaya bukan kota produsen pangan. Secara otomatis membutuhkan pasokan bahan makanan dari daerah lain. Faktor Vykka juga menambahkan jika fktor cuaca bisa menjadi kendala distribusi.
Ia menyebut, per 30 Januari 2025, terdapat sejumlah komoditas pangan yang mengalami kenaikan. Sebut saja minyak goreng curah, telur ayam broiler, bawang merah, tomat, cabai rawit merah dan cabai merah besar.