• 24 Apr, 2025

Pemkot Surabaya Kendalikan Inflasi di Semester Pertama 2024

Pemkot Surabaya Kendalikan Inflasi di Semester Pertama 2024

Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya berhasil mengendalikan inflasi di semester pertama 2024 atau hingga Juni 2024. Keberhasilan ini tak lepas dari strategi yang diterapkan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Surabaya. 

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Juni 2024, Kota Surabaya mengalami inflasi month to month (m-to-m) -0,37 persen, dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 106,41. Angka ini menurun karena pada bulan Mei 2024 masih sebesar -0,21.

Sementara itu, inflasi Kota Surabaya secara tahunan atau year on year (y-on-y) pada Juni 2024 sebesar 2,35 persen. Angka ini juga turun jika dibandingkan dengan Juni 2023 lalu, yakni sebesar 4,91 persen dengan IHK 116,43.

Kepala Bagian Perekonomian dan Sumber Daya Alam Kota Surabaya, Vykka Anggradevi Kusuma menjelaskan bahwa komoditas yang menyumbang utama inflasi di Kota Surabaya bila dilihat secara tahunan (y-on-y) adalah beras. Tetapi, jika dilihat secara bulan (m-to-m) adalah cabai rawit.

“Memang ada beberapa komoditas yang memengaruhi deflasi dan inflasi. Kalau deflasi banyak dipengaruhi daging dan telur ayam. Untuk inflasinya, cabai rawit yang masih naik memberi kontribusi,” kata Vykka beberapa waktu lalu.

Menurutnya, penurunan inflasi di Kota Pahlawan juga dipengaruhi adanya kios TPID di 64 pasar. Kios TPID ini seluruhnya dikelola Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah dan Perdagangan Kota Surabaya (Dinkopdag) bersama PD Pasar Surya. 

“Keberadaan kios TPID itu berpengaruh besar, karena menyediakan beras, minyak dan kebutuhan pokok lainnya. Ketika harganya naik seperti waktu lalu, pemkot sanggup kendalikan melalui kios TPID. Toh, harga yang dijual tidak lebih dari Harga Eceran Tertinggi (HET),” Vykka menerangkan.

foto b ekonomi 1-1
 

Di samping itu, Vykka juga merinci langkah-langkah yang disiapkan Tim TPID Kota Surabaya dalam mengendalikan inflasi. Yang paling pokok adalah keterjangkauan harga pasokan.

“Dalam hal ini pemkot melakukan gerakan pangan murah di setiap bulan di beberapa lokasi. Misalnya di Rusunawa dan Balai RW. Komoditas yang disediakan beras, gula, minyak goreng, telur, daging ayam dan produk olahan lainnya,” jelasnya.

Selain itu, Pemkot Surabaya juga rutin mengelar operasi pasar di tingkat kecamatan. Tujuannya, untuk memantau harga kebutuhan pokok (bapok) yang mengalami penurunan atau kenaikan. “Apabila ada harga bapok yang naik, Tim TPID bisa langsung melakukan tindakan pengendalian,” imbuhnya.

Strategi kedua adalah memastikan ketersedian pasokan. Yakni terus memantau stok dan harga-harga bapok melalui aplikasi. Juga melakukan pemantauan dan tindak lanjut hasil survei yang dilakukan di pasar-pasar. Selain itu, Pemkot Surabaya juga menggencarkan gerakan menanam di lahan milik warga. 

“Langkah ketiga memastikan kelancaran distribusi. Dalam hal ini Pemkot Surabaya melakukan subsidi transportasi untuk komoditas yang harganya sedang tinggi. Sehingga biaya bisa ditekan lewat transportasi,” ungkap Vykka.

Langkah keempat melakukan komunikasi efektif serta koordinasi dengan semua pihak terkait. Bahkan hingga ke daerah-daerah penghasil komoditas bapok. 

Ke depan, pihaknya menargetkan, angka inflasi tetap stabil hingga pengujung tahun 2024. Menurutnya, target inflasi di Kota Surabaya minimal sama atau di bawah angka inflasi Nasional dan Jawa Timur.